Penulis
Khusnul Khotimah
Jurnal
Inovasi Sektor Publik
Reviewer
Resti Murniati
Latar Belakang
Stunting adalah kondisi dimana anak memiliki tinggi badan yang rendah untuk usianya akibat malnutrisi kronis. Artikel ini menyebutkan bahwa indonesia menempati peringkat kelima didunia dalam hal jumlah anak yang terkena stunting. Prevalensi stunting di Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan beberapa provinsi memiliki tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata nasional. Artikel ini juga menyoroti pentingna 1.000 hari pertama kehidupan seseorang anak untuk pertumbuhan dan perkembangannya, serta dampak jangka panjang dari stunting, seperti penurunan IQ dan peningkatan risiko obesitas dan penyakit degeneratif. Kerugian ekonomi akibat malnutrisi diperkirakan mencapai 2,5% dari PDB negara.
Tujuan
Artikel ini bermaksud untuk melakukan estimasi potensi kerugian ekonomi akibat stunting pada balita di Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengatasi stunting dan memberikan pemahaman tentang konsekuensi jangka panjang dari stunting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak serta ekonomi negara. Dengan menyajikan data dan fakta yang relevan, artikel ini juga bermaksud untuk mendorong upaya pencegahan stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak di Indonesia.
Metode
Metodologi yang digunakan dalam artikel ini adalah menggunakan studi literatur dengan metode mencari, menggabungkan intisari serta menganalisis fakta dari beberapa sumber ilmiah yang akurat dan valid. Studi literatur menyajikan ulang materi yang telah diterbitkan sebelumnya dan melaporkan fakta atau analisis baru. Tinjauan literatur memberikan ringkasan publikasi terbaik dan paling relevan, kemudian membandingkan hasil yang disajikan dalam tinjauan tersebut.
Hasil
Berdasarkan identifikasi masalah stunting di Indonesia dan dampaknya terhadap perekonomian, bahwa stunting memiliki dampak negatif terhadap perekonomian. Menurut penelitian kerugian ekonomi akibat kekurangan gizi yang menyebabkan stunting diperkirakan mencapai 0,27-1,21% dari PDB Indonesia, atau sekitar 4,24 hingga 19,08 triliun rupiah per tahun. Selain itu, stunting juga berdampak pada penurunan IQ anak, peningkatan risiko obesitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif. Studi juga menunjukkan bahwa anak yang mengalami stunting pada usia dua tahun mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan pendidikan mereka selama hampir satu tahun. Bank Dunia juga memperkirakan bahwa kerugian akibat kekurangan gizi mencapai sekitar 2,5% dari PDB suatu negara. Hasil estimasi potensi kerugian ekonomi akibat stunting menyebabkan pemasukan ekonomi sebagai hasil dari produktivitas, menjadi pengeluaran negara dan juga menunjukkan pentingnya periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Selama periode ini, gizi yang baik sangat penting untuk mencegah stunting dan masalah gizi lainnya.
Kesimpulan
Stunting merupakan masalah serius di Indonesia yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif anak-anak, dan berdampak negatif terhadap produktivitas dan pendapatan. Prevalensi stunting yang tinggi menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan, diperkirakan mencapai 2,5% dari produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Upaya pencegahan stunting melalui perbaikan gizi, akses sanitasi yang memadai, dan pendidikan pengasuhan yang baik sangat penting. Investasi dalam kesehatan dan gizi anak dapat mengurangi prevalensi stunting dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Potensi kerugian ekonomi karena stunting pada balita indonesia mencapai Rp 1,7 juta /orang/tahun atau Rp71 juta/orang selama 49 tahun ( usia produktif 15-64 tahun) berdasarkan BPS tahun 2014.