Penulis
Samsul Bakri , Christine Wulandari ,Nanda Kurniasari , Rahmat Safe’i , Dadan Ramdani , Anshory
Jurnal
Jurnal Manajemen Hutan Tropika
Reviewer
Herdayana Lila Angel
Latar Belakang
Dalam banyak kawasan hutan tropis, hasil hutan bukan kayu (HHBK) memainkan peran vital dalam mendukung penghidupan penduduk pedesaan. Di Indonesia, khususnya setelah desentralisasi paska lengsernya Suharto, masalah perambahan hutan yang tidak berkelanjutan telah merajalela, dan pemanfaatan HHBK oleh masyarakat perambah hutan juga tidak berkelanjutan. Fenomena ini, yang diungkapkan oleh Dinh dan Pham (2020) serta Budiman dkk. (2020), telah dipicu oleh peningkatan kemiskinan di pedesaan negara-negara tropis. Sebagai respons terhadap situasi ini, Pemerintah Indonesia mulai menerapkan program perhutanan sosial sejak tahun 2016, yang diatur dalam peraturan-peraturan seperti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 83 Tahun 2016. Di bawah regulasi ini, perambah hutan diberikan izin untuk memanfaatkan HHBK dalam waktu konsesi hingga 35 tahun. Salah satu bentuk perhutanan sosial adalah kemitraan, yang telah diimplementasikan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sejak tahun 2018. Kemitraan konservasi ini memungkinkan masyarakat lokal untuk mengelola wilayah tersebut dan mengumpulkan HHBK, seperti getah damar, durian, jengkol, jika, dan kecil.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik dan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan HHBK serta minat mereka untuk bergabung dengan kemitraan konservasi di TNBBS. Tujuan utama adalah memahami hubungan antara variabel-variabel tersebut dalam konteks pelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat di kawasan konservasi.
Metode
Penelitian dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan pada bulan Desember 2022. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak Smart PLS 4.0 dan alat seperti laptop Lenovo G40- 30, perangkat lunak kuesioner, serta perangkat lunak Microsoft Office 2010. Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap 62 responden dan melalui studi literatur dari laporan hasil kegiatan, peraturan, penelitian terkait, dan jurnal yang relevan. Analisis data menggunakan pendekatan pemodelan Structural Equation Modelling (SEM) untuk menguji pengaruh masing-masing variabel terhadap yang lain.
Hasil
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat berpengaruh signifikan terhadap minat masyarakat untuk bergabung dengan kemitraan konservasi. Selain itu, pemanfaatan HHBK juga memiliki pengaruh positif terhadap minat masyarakat untuk bergabung dengan kemitraan konservasi. Persepsi masyarakat berpengaruh pada pemanfaatan HHBK, menekankan pentingnya pemahaman yang tepat mengenai program kemitraan konservasi. Pemanfaatan HHBK berperan sebagai mediator antara persepsi masyarakat dan minat mereka untuk bergabung dengan kemitraan. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa model ini sesuai dan baik dalam menjelaskan pengaruh variabel laten dalam penelitian ini. Oleh karena itu, program kemitraan konservasi yang mengandalkan sosialisasi, pendampingan, dan pembinaan dapat menjadi strategi efektif dalam mencapai tujuan konservasi yang optimal.
Kesimpulan
Penelitian ini mengungkapkan pentingnya karakteristik, pemanfaatan HHBK, dan persepsi masyarakat dalam membentuk minat mereka untuk menjadi anggota kemitraan konservasi. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang program kemitraan konservasi melalui kegiatan sosialisasi dan pendampingan menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan perambahan hutan dan mencapai tujuan konservasi yang efektif di TNBBS. Dengan demikian, penerapan program kemitraan konservasi dapat membantu menjaga kelestarian alam sambil meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.