Penulis
LibrikoYodareditiyo dan Endah Susilowati
Jurnal
BAJ (Behavioral Accounting Journal)
Reviewer
Claudid Aprilia Miraccel
Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini kinerja BPK telah dicederai oleh sederet kasus pelanggaran etika. Beberapa kasus hukum dan pelanggaran etika yang dilakukan oleh beberapa oknum pemeriksa BPK merupakan bukti bahwa masih terdapat oknum pemeriksa yang berperforma kurang baik dikarenakan hasil laporan pemeriksaan yang dinilai tidak maksimal. Performa yang kurang baik bisa ditentukan oleh sejumlah hal yakni seperti gangguan indenpendensi, gangguan kecerdasan emosional, dan perilaku tidak etis pemeriksa. Guna memastikan tercapainya laporan pemeriksaan yang berkualitas, BPK sudah membentuk “Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017, tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)”. SPKN diterapkan dalam seluruh kegiatan pemeriksaan pada lembaga, kebijakan, aktivitas, dan manajemen yang memiliki keandalan yang memadai terkait dengan pengelolaan keuangan dan pelaksanaan tanggung jawab Negara.
Penelitian dilakukan untuk menguji keterkaitan antara variabel-variabel indenpenden (Indenpendensi dan Kecerdasan Emosional) terhadap variabel dependen (Kinerja Pemeriksa) melalui variabel moderasi (Perilaku Etis Pemeriksa).
Metode
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode survey dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian. Metode penskoran yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah metode skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,pendapat, dan persepsi individu maupun kelompok terhadap fenomena social. Skala Likert yang digunakan dalam kuesioner ini memiliki interval 1 sampai 5 dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju, dan responden diminta untuk memilih satu dari lima pilihan berdasarkan situasi subjek. Pembahasan studi ini menerapkan teknik statistik berupa uji validitas serta reliabilitas, juga teknik uji hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian. Analisis Partial Least Square (PLS) dan perangkat lunak SMART PLS akan digunakan untuk mengolah data untuk menganalisis pengaruh antar variable penelitian. Metode PLS merupakan metode yang bebas dari asumsi distribusi (tidak berdasarkan data yang spesifik, baik nominal, kategorikal, ordinal, interval atau rasio). Selain itu PLS juga menerapkan pengujian bootstrap atau perkalian random dimana standar normalitas data bukan menjadi permasalahan.
Hasil
1. Pengaruh Indenpendensi terhadap Perilaku Etis Pemeriksa Berdasarkan hasil pengujian, pengaruh indenpendensi terhadap Perilaku Etis Pemeriksa yang menunjukan bahwa indenpendensi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Perilaku Etis Pemeriksa. 2. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis Pemeriksa Hasil pengujian menunjukan bahwa kecerdasan emosional memiliki dampak positif dan signifikan terhadap perilaku etis pemeriksa 3. Pengaruh Perilaku Etis Pemeriksa terhadap Kinerja Pemeriksa Berdasarkan hasil pengujian, pengaruh Perilaku Etis Pemeriksa terhadap Kinerja Pemeriksa yang menunjukan bahwa Perilaku Etis Pemeriksa memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pemeriksa. 4. Pengaruh Indenpendensi Terhadap Kinerja Pemeriksa Berdasarkan hasil pengujian, pengaruh Indenpendensi terhadap Kinerja Pemeriksa yang menunjukan bahwa Indenpendensi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Pemeriksa. 5. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Pemeriksa Hasil pengujian menunjukan bahwa dampak kecerdasan emosional terhadap kinerja pemeriksa menunjukan bahwa kecerdasan emosional memiliki dampak positif dan signifikan terhadap perilaku etis pemeriksa. 6. Pengaruh Indenpendensi terhadap Kinerja Pemeriksa melalui Perilaku Etis Pemeriksa Menurut hasil pengujian, hubungan tidak langsung antara indenpendensi kinerja pemeriksa dengan perilaku etis pemeriksa sebagai variabel meditasi terbukti berpengaruh positif dan
Kesimpulan
1. Tingkat indenpendensi pemeriksa yang tinggi dapat meningkatkan perilaku etisnya dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. 2. Kecerdasan emosional yang tinggi memungkinkan auditor untuk memahami emosinya sendiri dan emosi orang lain, untuk memotivasi dirinya sendiri, dan untuk mengelola emosi dengan lebih baik. 3. Perilaku etis pemeriksa yang baik akan menghasilkan kinerja pemeriksa yang baik pula. 4. Tingkat indenpendensi yang tinggi juga diterjemahkan ke dalam tingkat kinerja auditor yang tinggi. 5. Kecerdasan emosional yang baik akan menghasilkan kinerja pemeriksa yang baik pula. 6. Pemeriksa yang memiliki indenpendensi yang baik akan mampu melaksanakan tugas tanpa memihak kepada siapapun dan tidak dipengaruhi oleh siapapun, serta focus, sehingga pemeriksaan berjalan sesuai dengan tujuan tanpa adanya kepentingan pribadi. 7. Kecerdasan emosional para pemeriksa BPK Perwakilan Provinsi Jawa Timur ketika melaksanakan tugas pemeriksaan dalam bentuk tim mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap pembentukan perilaku etis pemeriksa itu sendiri dan pemeriksa lainnya dalam tim untuk mengendalikan diri dengan baik. 8. Indenpendensi dan kecerdasan emosional dapat dijadikan sebagai mekanisme peningkatan perilaku etis pemeriksa dan kinerja pemeriksa.