PENYUSUN
Aulia Salsabila
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
Aku meregangkan leher dan jari-jari tanganku yang terasa kaku karena telah mengetik semenjak… err— tiga jam yang lalu? Entahlah. Dunia berputar cepat, kan. Aku telah mengetik— mengerjakan tugas dari pukul 12 malam tadi dan sekarang, tubuhku sudah terasa pegal dan jari-jariku yang terasa kaku menandakan bahwa aku telah berkutat selama, setidaknya tiga jam lebih.
Tapi mengapa jam di laptopku tidak bergerak, ya? Disana, di ujung bawah kanan layar, waktu menunjukkan pukul dua lewat lima belas menit.
Aku menunggu beberapa saat. Konon katanya waktu tidak bisa ditunggu karena bisa menyebabkan waktu berjalan lambat. Tidak sabar, aku ikut menghitung. Sampai 60 detik. Tapi jam itu, jam di laptopku tetap tidak bergerak.
Jantungku mulai berdetak cepat. Aku langsung cepat-cepat meraih ponselku yang telah mati karena kehabisan daya dan menyambungkannya ke pengisi daya. Butuh beberapa saat sampai ponsel menyala, dan kalian tau sendiri kan bahwa ponsel yang telah kehabisan daya, jika telah menyala yang muncul bukan layar kunci melainkan status baterai? Aku yang telah gugup karena jam di laptop, sampai sekarang belum bergerak dan ditambah ponselku, ponsel lama yang sangat lelet itu masih belum menyala sepenuhnya.
Hingga akhirnya, terdengar keras suara benda terjatuh membuatku terperanjat. Sepersekian detik kemudian terdengar suara kucing mengeong— yang aku asumsikan mungkin adalah salah satu dari banyaknya kucing di rumah ini.
Tak bohong, aku sedikit merasa lega karena itu artinya, apa yang aku pikirkan tadi tidak benar.
Lagian tidak mungkin kan kalau waktu bisa terhenti? Memang sih, aku merasa ada yang janggal tapi tetap saja… itu tidak mungkin, kan?
Tidak mungkin, kan?
“Tidak mungkin?”
Aku hampir menjerit dan untungnya, dengan kondisi yang masih setengah waras, aku buru-buru melemparkan ponsel di samping bantal serta menaruh laptop yang sudah mati— sumpah, bukan aku yang mematikannya dan langsung menutupi seluruh tubuh dengan selimut.
Aku berani bersumpah, yang tadi itu, bukan suaraku.
Mulutku komat kamit membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ku hafal di luar kepala. Aku mungkin bukan hamba Tuhan yang paling taat tapi, kepada siapa lagi aku harus meminta pertolongan di saat-saat seperti ini selain kepada-Nya?
Dan sungguh, aku tidak akan tetap bangun jam segini demi mengerjakan tugas lagi.
TAMAT