KEPERSITA: INOVASI SUSTAINABLE TOURISM DEVELOPMENT BERBASIS POTENSI LOKAL SEBAGAI UPAYA PROGRESIF MEMBANGUN DESA PARIKESIT KABUPATEN WONOSOBO MENUJU INDONESIA EMAS 2045

SUB TEMA

Ekonomi

PENYUSUN

Sonia Febrianti dan Fitriyanti

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Pendahuluan

Menurut Bappenas (2019), Indonesia memiliki rumusan empat pilar pembangunan untuk menyambut Indonesia Emas 2045, yaitu pembangunan manusia dan penguasaan iptek, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan. Agar tidak menciptakan kesenjangan, pembangunan harus dimulai dari bagian terkecil dalam konteks kenegaraan, yaitu desa. Pembangunan dari desa adalah model pembangunan yang efektif untuk menciptakan pembangunan inklusif (Deru, et al., 2023). Indonesia sebenarnya sudah mulai memperhatikan pembangunan desa semenjak pemerintahan Presiden Jowo Widodo lewat salah satu Nawacita-nya, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran (yang akhirnya terealisasikan lewat UU No.6 Tahun 2014. Semenjak UU No.6 Tahun 2014 lahir sampai 2018, desa tertinggal hanya berkurang sekitar 9% dan desa berkembang serta desa mandiri hanya bertambah sekitar 5 % yang mana masih di bawah sasaran pembangunan yang ditentukan (BPS, 2019). Oleh karena itu, model pembangunan desa yang lebih intens diperlukan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang inklusif.
Salah satu model pembangunan desa yang sekarang sedang gencar dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah model pembangunan desa kreatif (Harmadi, et al., 2020). Wujud dari pembangunan desa kreatif adalah desa wisata yang mana perkembangannya dikategorikan menjadi desa wisata rintisan, desa wisata berkembang, desa wisata maju, dan desa wisata mandiri. Namun, pembangunan desa yang kurang efektif di Indonesia membuat 70% desa wisata masih dalam kategori rintisan dan berkembang (Kemenparekraf, 2021). Menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh (Junaid, et al., 2022), desa wisata dengan kategori berkembang adalah kategori yang menjadi prioritas pembangunan apabila kita ingin melakukan percepatan capaian target visi Indonesia Emas 2045. Salah satu desa wisata berkembang yang potensial untuk dibangun adalah Desa Parikesit di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Menurut data BPS (2023), Wonosobo dinobatkan sebagai daerah dengan tingkat kemiskinan ekstrem terbesar kedua di Jawa Tengah setelah Kebumen.

Sekitar 16,17% populasi penduduk Wonosobo adalah masyarakat miskin sehingga daerah ini kurang memiliki bergaining power yang kuat untuk bersaing dengan daerah lain. Jika kita mengacu pada model pembangunan inklusif yang dimulai dari wilayah pinggiran seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Desa Parikesit dapat menjadi starting point yang tepat dalam agenda pembangunan inklusif daerah Wonosobo.
Bappenas telah merumuskan empat pilar pembangunan guna menyongsong Indonesia Emas 2045. Pilar pertama adalah pembangunan manusia dan penguasaan iptek yang dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan peran kebudayaan dalam pembangunan. Desa Parikesit memiliki kebudayaan Pamongan Desa yang sudah menjadi salah satu tonggak wisata, sehungga memiliki potensi dasar yang kuat dalam merealisasikan pilar pertama pembangunan. Kemudian, pilar kedua adalah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yang dapat diwujudkan dalam bentuk percepatan pariwisata dan peningkatan kesejahterahan petani. Desa Parikesit dengan format desa wisata yang sebagian besar penduduknya adalah petani dengan komoditas unggulan carica, kentang dan terong belanda juga bisa dikatakan sebagai sasaran objek pembangunan yang tepat dengan agenda pilar kedua pembangunan. Lalu, pilar ketiga adalah pemerataan pembangunan yang dapat diwujudkan dalam bentuk percepatan pengentasan kemiskinan serta pemerataan kesempatan usaha. Dengan mengembangkan Desa Parikesit menjadi Desa Mandiri yang berkelanjutan, pemerataan kesempatan usaha masyarakatnya akan meningkat dengan adanya peluang-peluang usaha baru yang terbuka, kemudian dengan banyaknya peluang usaha tersebut maka akan efektif mengentaskan kemiskinan masyarakatnya yang sebagian besar masih bekerja sebagai petani Terakhir, pilar keempat adalah pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemeritahan yang dapat diwujudkan dalam bentuk reformasi kelembagaan dan birokrasi. Sebagian besar desa wisata berkembang (termasuk Desa Parikesit) adalah desa yang sebagian besar masyarakatnya belum mampu mengelola usaha/ kelompok kerja lokal sehingga perlu adanya bimbingan sekaligus reformasi kelembagaan.
Berdasarkan urgensi dan potensi yang sesuai dengan rumusan empat pilar pembangunan di atas, kita dapat mengetahui bahwa faktor kunci Desa Parikesit cocok dijadikan salah satu starting point pembangunan inklusif adalah kondisi desa yang memiliki potensi kebudayaan dan pertanian yang tinggi, tetapi kurang didukung oleh kondisi sumber daya manusia dan kelembagaan yang mumpuni. Oleh karena itu, kami menyusun karya tulis yang berjudul “KEPERSITA: Inovasi Sustainable Tourism Development Berbasis Potensi Lokal sebagai Upaya Progresif Membangun Desa Parikesit Menuju Indonesia Emas 2045” Inovasi ini dirancang dan dikembangkan berdasarkan indikator-indikator pembangunan desa kreatif yang telah dirumuskan oleh Kemenparekraf. Inovasi ini juga dapat dijadikan referensi strategi pembangunan desa dengan karakteristik serupa di Indonesia dalam menyambut Indonesia Emas 2045.

PEMBAHASAN Selayang Pandang Gagasan KEPERSITA
KEPERSITA (Kelola Pertanian Parikesit Sejahtera) merupakan suatu bentuk gagasan yang dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan memaksimalkan potensi lokal pertanian dan pariwisata Desa Parikesit Kabupaten Wonosobo melalui program desa wisata pertanian. Dalam implementasinya wilayah pertanian Desa Parikesit akan diubah menjadi kawasan wisata yang menarik dengan penataan yang lebih baik tanpa menghilangkan kawasan pertanian.
KEPERSITA dirancang melalui program pendampingan dan pelatihan pengelolaan pertanian kepada petani lokal Desa Parikesit. Pendampingan yang diberikan berupa pelatihan budidaya tanaman hingga proses pengolahan hasil panen menjadi produk siap jual. Selain itu, dalam pendampingan ini petani juga diberikan pelatihan mengenai cara pemasaran produk melalui marketplace serta cara promosi yang baik dan menarik kepada konsumen. Untuk mendukung program ini, pemerintah desa akan menyediakan bibit tanaman untuk masyarakat. Dengan adanya pendampingan serta penyediaan bibit dari pemerintah desa, diharapkan dapat membantu peningkatan produksi pertanian baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
KEPERSITA dikemas dalam bentuk aplikasi digital sebagai bentuk keberlanjutan adanya pendampingan kepada petani secara langsung. Oleh karena itu, selama proses pendampingan, petani diarahkan untuk mengakses aplikasi KEPERSITA dengan memperkenalkan teknologi digital sehingga nantinya dapat mempermudah koordinasi dengan tim pembina. Dengan aplikasi KEPERSITA petani dapat melakukan konsultasi kepada tim pembina melalui salah satu fitur yang disediakan dalam aplikasi. KEPERSITA juga dirancang sebagai marketplace, sehingga petani dapat menjual produk hasil pertaniannya melalui aplikasi ini secara online. Berikut adalah penjelasan fitur menu dari KEPERSITA:
a. Menu Home
Menu home merupakan halaman utama dari aplikasi ini yang berisi tentang deskripsi pengenalan Desa Parikesit meliputi sejarah, latar belakang desa wisata, serta keistimewaan dari Desa Parikesit. Dalam menu ini terdapat gambar serta peta lokasi yang menunjukkan lokasi Desa Parikesit beserta tempat penting seperti objek wisata serta tempat parkir.
b. Menu Ticketing
Menu ini berfungsi untuk pembelian tiket wisata, dimana dalam menu ini terdapat opsi pemilihan tanggal dan jumlah tiket yang akan dibeli. Wisatawan dapat memilih metode pembayaran seperti tranfer bank dan lain sebagianya. Ketika wisatawan melakukan pembelian tiket melalui aplikasi maka berkesempatan untuk mendapatkan diskon atau promo yang sedang berlangsung. Pada menu ticketing, wisatawan yang selesai melakukan kunjungan wisata dapat memberikan ulasan atau rating bintang untuk mengekspresikan tingkat kepuasan terhadap destinasi wisata yang disajikan
c. Menu Product Box
Menu product box digunakan sebagai wadah untuk melakukan jual beli produk atau hasil pertanian Desa Parikesit. Pada menu ini akan menampilkan secara detail daftar produk pertanian yang tersedia, seperti buah-buahan, sayuran, dan produk olahan pertanian lainnya. Menu ini juga terdapat fitur keranjang belanja, di mana pengguna dapat menambahkan produk yang ingin mereka beli. Selain itu juga dilengkapi fitur chat yang terdapat pada setiap produk yang dijual guna mempermudah koordinasi antara pembeli dan penjual.

d. Menu Event
Menu event dibentuk sebagai wadah petani dalam mendapatkan pelatihan serta melakukan konsultasi masalah pertaniannya dengan pihak tim pembina aplikasi. Pelatihan yang diberikan kepada petani terdiri dari dua kegiatan, yaitu secara offline dan online. Pelatihan secara online melalui aplikasi ini berupa modul tentang budidaya tanaman yang berisi materi terkait pengelolaan pertanian, serta berupa video tutorial seperti video cara menanam dan merawat tanaman. Selain itu, pelatihan juga berbentuk webinar yang mana pemateri nya merupakan tim pembina aplikasi sehingga petani dapat memilih webinar yang sesuai dengan program pertanian mereka. Pada menu ini petani akan mendapat pengingat webinar yang mereka ikuti agar tidak tertinggal jadwal yang telah ditentukan. Selain itu, menu ini akan menyediakan fitur untuk tanya jawab, sehingga petani dapat berkoordinasi mengenai kendala yang dihadapi. Sedangkan untuk masyarakat atau wisatawan, menu ini akan menampilkan informasi tentang aktivitas dan kegiatan yang tersedia di desa wisata.
e. Menu Result
Menu ini berfungsi untuk menampilkan riwayat transaksi pengguna aplikasi, di mana setiap pembelian produk senilai 50 ribu dan pembelian 1 tiket wisata melalui aplikasi akan mendapatkan 1 poin, kemudian poin tersebut dapat ditukarkan untuk mendapatkan voucher diskon atau cashback ketika poin tersebut telah mencapai jumlah tertentu. Sedangkan bagi petani, menu ini digunakan untuk membantu dalam pembuatan laporan keuangan yang memuat informasi seperti modal, pendapatan, dan laba. Selain itu juga memuat laporan evaluasi performa petani setiap satu bulan, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki kekurangannya dengan mengikuti pelatihan yang sesuai guna meningkatkan performa petani.

f. Menu Funding
Pada menu ini masyarakat umum dapat berpartisipasi sebagai investor maupun kreditur dari usaha pertanian. Laporan keuangan petani yang diunggah pada menu result dapat digunakan masyarakat dalam menilai kredibilitas serta peluang usaha pertanian dijalankan oleh petani. Menu funding terdapat dua fitur pendanaan, yakni fitur funding invest dan funding credit.
• Funding Invest
Ketika masyarakat memilih fitur funding invest, mereka akan mendapatkan insentif yang lebih tinggi dibanding dengan memilih jalur fungding credit. Tetapi, disisi lain pemilik dana (investor) juga menanggung risiko kerugian apabila petani mengalami gagal panen sesuai dengan kesepakatan yang ditentukan.
• Funding Credit
Pada menu ini, pemilik dana tidak dibebani oleh tanggungan risiko kerugian apabila petani mengalami gagal panen. Namun pada jalur ini pemilik dana (kreditur) akan mendapatkan persentase insentif yang lebih rendah dibandingkan jalur funding invest.
g. Menu Profile
Untuk masyarakat, menu profile berisikan informasi pribasi seperti nama, nomor telepon, e-mail, serta alamat. Selain itu pada menu ini akan menampilkan jumlah poin yang berhasil dikumpulkan oleh pengguna serta opsi penukaran poin untuk voucher diskon atau cashback. Sedangkan untuk petani, menu profile ini akan berisi tentang program pertanian yang dijalankan, seperti jenis produk pertanian yang dihasilkan dan dijual serta lokasi pertanian.

Strategi Implementasi Gagasan KEPERSITA
Implementasi gagasan KEPERSITA memerlukan peran berbagai pihak untuk saling bekerjasama dan berkontribusi agar tujuan program ini dapat terlaksana dengan baik. Pihak-pihak yang berkontribusi dalam mengimplementasikan gagasan ini yaitu berbasis pentahelix sebagai berikut:

Penutup

Desa Parikesit dapat menjadi starting point yang tepat dalam agenda pembangunan inklusif daerah Wonosobo, dikarenkan memiliki semua potensi yang dapat dikembangkan berdasarkan rumusan empat pilar pembangunan Indonesia Emas 2045. Tetapi hal ini kurang didukung oleh kondisi sumber daya manusia dan kelembagaan yang mumpuni. Oleh karena itu, KEPERSITA hadir yang diimplementasikan melalui program pendampingan dan pelatihan pengelolaan pertanian kepada petani lokal. Aplikasi KEPERSITA memiliki 7 fitur menu utama, yaitu menu home, ticketing, product box, event, result, dan funding. Program KPERSITA bekerja sama dengan sejumlah pihak yang berkonsep pentahelix sehingga kredibilitasnya terjamin. Gagasan ini disusun dengan rancangan strategis dan berkelanjutan melalui berbagai tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Adanya KEPERSITA yang berkolaborasi dengan teknologi diharapkan mampu menciptakan pembangunan inklusif dengan mengembangkan desa wisata pertanian Parikesit menjadi desa wisata mandiri yang berkelanjutan. Selain itu, KEPERSITA juga sebagai salah satu strategi pembangunan desa dalam menyambut Indonesia Emas 2045.

Daftar Pustaka

Aji, Y. & Qhibtiyyah, R., 2023. Dana Desa dan Perkembangan Status Desa: Studi Kasus Kabupaten/Kota. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 23(1), pp. 30-54.

Asyiawati, Y., Hindersah, H. & Putri, Y., 2021. IDENTIFIKASI PARTSIPASI

MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN DESA BERKELANJUTAN (STUDI KASUS : DESA KETAPANG INDAH – KECAMATAN SINGKIL UTARA). ETHOS, 9(1), pp. 1-24.

Bappenas, 2019. Indonesia 2045: Berdaulat, Adil dan Makmur, Jakarta: Bappenas.

BPS, 2019. Potensi Desa 2018, Jakarta: BPS.

BPS, 2023. Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka 2023, Jakarta: BPS.

Darin, Moonti, U. & Dai, S., 2022. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) Desa. Oikos Nomos, 15(1), pp. 1-23.

Deru, H., Lionardo, A. & Sobri, M., 2023. Inclusive Development and Efforts to

Improve Community Economy in Indonesia. Journal of Gouvernance, 8(1), pp. 9-14.

Fitrah , N., Mustanir, A., Akbari, M. & Ramdana, R., 2021. PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MELALUI PEMETAAN SWADAYA DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM TATA

KELOLA POTENSI DESA. SALAPARANG, 5(1), pp. 23-27.

Harmadi, S., Suchaini, U. & Adji, A., 2020. Indikator Pembangunan Desa di Indonesia: Ditinjau dari Ketidaksesuaian Indikator Pembangunan Desa, Jakarta: TNP2K.

Junaid, I., Dewi, W., Said, A. & Hanafi, H., 2022. Pengembangan Desa Wisata Berkelanjutan: Studi Kasus di Desa Paccekke, Kabupaten Barru, Indonesia. Journal of Regional and Rural Development Planning, 6(3), pp.

287-301.

Kemenparekraf, 2021. Pedoman Desa Wisata, Jakarta: Kemenparekraf.

Kusuma, N. & Mahyuni, L., 2022. SISI KRITIS BOTTOM UP PLANNING PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS RUMAH SWADAYA.

Dialogue, 4(1), pp. 1-23.

Mulyadi, C., Turmudi, H. & Mursid, 2022. Pemberdayaan Karang Taruna Bagi Pembangunan Desa Berbasis Teknologi Informasi. CORISINDO, 1(1), pp. 1-21.

Oktaviana, F. & Nuraida, I., 2021. Teknologi Informasi Desa, Upaya Meningkatkan Partisipasi Dan Keterampilan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa.

Dinamisia, 5(2), pp. 221-28.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *